Sebuah monumen berupa jam klasik setinggi 4,8 meter berdiri di tengah-tengah taman Fakultas Kedokteran (FK) Unair. Monumen ini merupakan ikon baru FK Unair. Menariknya, monumen tersebut memiliki 4 jam pada setiap sisinya. Maka disebutlah monumen ini sebagai monumen jam 4 sisi.
Menurut Dekan FK Unair Prof Budi Santoso, monumen ini sebagai simbol kebersamaan antara almamater dan alumninya.
“Mengandung makna pemersatu,” tutur pria yang kerap disapa Prof Bus ini, Rabu (2/10).
Monumen Kebersamaan Jam 4 Sisi ini juga memiliki arti bagi sejarah dan perkembangan FK Unair yang tercantum di empat sisinya.
"Empat sisi pada jam setinggi 4,8 meter tersebut masing-masing mencerminkan sejarah dan perjalanan FK Unair dari zaman penjajahan Belanda hingga saat ini berusia 110 tahun," terang Prof Bus.
Sisi pertama, Nederlandsch Indische Artsen School (NIAS) adalah sekolah untuk pendidikan dokter pribumi di Surabaya pada zaman kolonial Hindia Belanda sejak tahun 1942.
Sisi kedua, Sekolah Kedokteran Tinggi (Dai Gakko). Sisi ketiga, Faculty of Medicine Unair. Sisi keempat adalah Fakultas Kedokteran Unair saat ini yang telah berdiri selama 70 tahun sejak diresmikan Ir Soekarno pada 1954 silam.
“Dari empat sisi ini menggambarkan perjalanan Pendidikan Dokter di Indonesia,” imbuhnya.
Prof Bus mengakui, inspirasi monumen ini diperoleh saat melakukan kunjungan ke Yonsei University Korea Selatan.
“Di sana monumen tersebut cukup menyita perhatian dan menjadi spot foto mahasiswa maupun orang-orang yang datang,” tuturnya.
Ada pun proses pembuatan monumen jam 4 sisi ini dimulai November 2023 hingga Januari 2024. Total waktu yang dibutuhkan untuk pengadaan, pemesanan, pembuatan dan pemasangan sekitar enam bulan.