China di Ujung Tanduk, Tak Berdaya Hadapi "Hantu" Ini

1 day ago 1
informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online informasi akurat berita akurat kabar akurat liputan akurat kutipan akurat informasi penting berita penting kabar penting liputan penting kutipan penting informasi viral berita viral kabar viral liputan viral kutipan viral informasi terbaru berita terbaru kabar terbaru liputan terbaru kutipan terbaru informasi terkini berita terkini kabar terkini liputan terkini kutipan terkini informasi terpercaya berita terpercaya kabar terpercaya liputan terpercaya kutipan terpercaya slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online

Jakarta, CNBC Indonesia - China masih berjuang membalikkan anjloknya angka kelahiran meski telah mengeluarkan berbagai kebijakan untuk mendorong keluarga besar. Namun riset terbaru RAND Corporation menemukan bahwa penerapan kebijakan tersebut belum merata dan tidak konsisten di seluruh wilayah.

Para peneliti menyebut pemerintah pusat lambat melakukan "perubahan struktural besar" yang diperlukan untuk menghadapi penurunan tingkat fertilitas.

"Hal ini mungkin disebabkan oleh birokrasi yang rumit serta keengganan Partai Komunis China mengakui kesalahan masa lalu," tulis mereka, dikutip dari Newsweek, Minggu (7/12/2025).

Saat ini dua pertiga populasi dunia tinggal di wilayah dengan tingkat fertilitas di bawah ambang 2,1 kelahiran per perempuan. China termasuk yang terendah, hampir mendekati 1,0. Selama tiga tahun terakhir, angka kematian bahkan melampaui angka kelahiran.

Situasi ini menjadi sebuah sinyal peringatan bagi masa depan ekonomi negara tersebut, termasuk risiko menyusutnya tenaga kerja, turunnya produktivitas, serta meningkatnya beban jaminan sosial.

Setelah mengakhiri Kebijakan Satu Anak pada 2016 dan memperkenalkan Kebijakan Dua Anak, lalu Tiga Anak pada 2021, jurang antara arahan pusat dan implementasi lokal justru melebar.

Kota-kota kaya mampu memberi insentif besar dan inovatif, sementara daerah miskin tertinggal. Banyak program juga hanya berlaku untuk warga dengan registrasi rumah tangga lokal, membuat pekerja migran kesulitan mengakses manfaat.

"Peluncuran yang sangat tidak merata ini menghasilkan mosaik kebijakan yang terfragmentasi," kata para peneliti dalam laporan tersebut.

Berdasarkan penelitian akademis di China, semakin banyak perempuan, khususnya berpendidikan tinggi, yang menunda atau mengurangi jumlah anak karena tekanan finansial dan waktu, terutama biaya pengasuhan serta harga perumahan.

"Penurunan fertilitas di China mencerminkan tujuan fertilitas yang tidak terpenuhi, bukan kurangnya keinginan memiliki anak," tulis laporan itu. "Kebijakan pronatalis meleset dari sasaran karena hanya menyasar norma dan reformasi administratif, bukan kendala sosial dan ekonomi."

China juga meningkatkan investasi pada teknologi hemat tenaga kerja seperti kecerdasan buatan untuk mengatasi krisis demografi, namun efektivitasnya masih diragukan.

"Hanya institusi perawatan lansia yang kaya sumber daya yang dapat memanfaatkan teknologi berbasis AI tercanggih," tulis para penulis, menegaskan bahwa dampak teknologi kemungkinan tidak merata.

(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]

Read Entire Article